Jumat, 21 Juni 2013

Free Download Panduan LKTI Fasilitasi Jawa Tengah 2013

Buat kalian yang pengen daftar dan ikutan LKTI Jawa Tengah 2013 bisa download panduannya DI SINI. Selamat mencoba, semoga berhasil! :)

Jumat, 14 Juni 2013

I Look Something in Your Eyes

I Look Something in Your Eyes

Mentari bersinar sangat terik siang itu. Berbagai logat bahasa terdengar bercampur baur di sekitar halaman Auditorium universitas negeri di Semarang. Seorang gadis bertubuh mungil dan berparas cantik terduduk lesu di bawah pohon. Ia sedang memandang langit biru yang dihiasi awan putih sambil melamun. Peluhnya tiada henti menetes karena suhu udara saat itu mencapai 370 Celcius. “Ting tong!” Sekejap bunyi bel membangunkan lamunannya. “Pengumuman! Pengumuman ditujukan kepada seluruh mahasiswa baru untuk memasuki ruang Auditorium untuk melakukan registrasi,” terdengar suara wanita keluar dari speaker besar yang terpampang di atas bangunan. Gadis itu berdiri dan berjalan menuju tempat datangnya suara. “Huh... Lama banget sih! Masak begini aja pada nggak mau antre. Sebel, sebel, sebel!!! >.< “ omel gadis itu di tengah kerumunan mahasiswa baru lainnya. “Prokkk!!!! “ tiba-tiba ada seorang gadis dari belakang menepuk pundak gadis mungil tadi. Serentak gadis itu kaget. “Hai Mel, ayo cepetan! Eh Oopsss...Salaah!!! Maaf ya gue salah orang,” katanya agak salah tingkah dan malu-malu. “Hihihihi....!!!” si gadis mungil itu malah ketawa cekikikan melihat ekspresi wajah gadis yang salah mengenalinya itu. Tanpa ragu si gadis mungil mengulurkan tangannya dan berkata,” Perkenalkan namaku Janet, kamu siapa?“ Dengan sedikit ragu gadis itu menyambut uluran tangan Janet dan memperkenalkan dirinya pula. “Nama gue Gisha, maaf ya tadi gue kira loe temen gue.”
“Oh santai aja nggak papa kok. Anggep aja peristiwa tadi tidak terjadi.” Gisha  hanya bisa tersenyum. “Ayo kita ke sana sambil nunggu giliran registrasi!” ajak Janet. “Oh, iya.” Merekapun masuk ruang Auditorium bersama.
Dengan sekejap mereka jadi akrab dan ngobrol ngalor ngidul nggak putus-putus kayak rel kereta api. Tiba-tiba datanglah seorang gadis berkulit putih, tidak terlalu tingggi dan berparas cantik. “Gisha....gimana si??? Dicariin daritadi juga malah enak-enakan di sini. Nggak tau apa tadi aku khawatir kamu ngilang nggak tau arah jalan pulang!“ (#lebaynya kumat). “Hehe maafin gue ya. Sini-sini gabung sama kita. Kenalin ini Janet temen baru gue.“
“Kok bisa kenal?” Imel melihat ke arah Gisha kemudian Janet bergantian dengan tanda tanya. Gisha melirik Janet dan mengisyaratkan untuk tidak menceritakan kejadian memalukan tadi. “Asal kenal aja, tadi duduk sebelahan, ngobrol, langsung klop deh. Haha!” jawab Gisha simpel.
    Setelah peristiwa itu, mereka menjadi sahabat. Masa-masa di kampus dan di kost adalah masa-masa mereka bersama. Tiada hari tanpa seru-seruan bareng, lucu-lucuan bareng, makan bareng, sharing-sharing sampai shoping-shoping bareng. Memang Janet dan Gisha dari jurusan yang sama di universitas tersebut, mereka mengambil Psikologi sedangkan Imel mengambil Kasehatan Masyarakat karena dia memiliki jiwa sosial yang tinggi. Suatu ketika pada pagi buta di kantin kampus datanglah Imel menghampiri Janet dan Gisha yang duduk di pojokan sedang menikmati makan bakso Pak Kumis Tebel. “Eh temen-temen aku punya brosur bagus lho...liat nih!” Imel mengeluarkan selembar kertas berwarna cerah dari dalam tasnya. “Apaan tuh?” dengan nada penasaran Janet nelongop nggak sabar ingin melihat isi brosur tersebut. “Taranggg...ini dia pendaftaran penerimaan anggota baru karate. Siapa yang mau ikut?”
“Gue mau...Gue mau...!!!” Gisha spontan menjawab dengan nada bersemangat. “Loe tau aja Mel kalau dari dulu gue pengen banget ikut bela diri tapi belum kesampaian sampai sekarang.”
“Iya dong, Imel gitu. Siapa sih yang nggak tau keinginan sahabatku yang paling cantik ini.”
“Terus aku nggak cantik Mel?” Janet melihat ke arah Imel dengan nada lugu dan tanpa sadar bibirnya agak manyun. “Hahahaha....!!!” serempak Gisha dan Imel tertawa. “Lho kok kalian malah ketawa?” tanya Janet sambil mengerutkan keningnya tanda-tanda bingung. “Janet! Janet! kamu lucu banget si, kamu juga cantik tauk. Oke kalau gitu, aku ralat ucapanku yang tadi, buat kedua sahabatku yang paling cantik di dunia,” Imel tersenyum sambil mencolek hidung Janet dengan gemas karena keluguan Janet. “Nah gitu dong Mel,” kata Janet sambil tersenyum puas. “Ayo buruan daftar Gis!” Imel dengan penuh semangat membakar antusias Gisha. “Iya dong, gue bakal langsung daftar, Janet ayok ikutan daftar.”
“Wow...Aku? Yakin nih.” Janet kaget dengan ajakan Gisha.
“Ya iya lah, kenapa nggak?”
“Aku kan pendek, nggak tinggi-tinggi amat, nggak bisa nendang lagi, masak ikut yang begituan,” aku Janet agak ragu dengan dirinya. “Ya nggak papalah buat pengalaman, nemenin aku, buat bekal jaga diri juga kalau ada penjahat, kita kan cewek nggak boleh lemah dan ditindas begitu aja sama cowok. Ya nggak Mel?”
“Setuju! Dua jempol deh buat Gisha,” Imel mengiyakan pendapat dari Gisha.
“Hmmm...gimana ya. Boleh deh nyoba dulu. Kamu juga ikutan kan Mel?”
“Aku nggak ikut Net. Aku nggak tertarik sama bela diri.”
“Ya iyalah...kalau Imel kan tertariknya sama yang berhubungan sama cewek gitu, perawatan tubuh, dandan, shoping.”
“Hahaha kamu tau aja Gis. Aku jadi malu nih.”
    Sore itu dengan langkah penuh semangat ’45, Gisha dan Janet mengikuti latihan perdana karate di Unit Kegiatan Mahasiswa kampus mereka. “Wah yang ikut banyak juga ya Gis, bakalan rame nih. Duh..duh aku kok pendek sendiri di antara mereka ya.”
“Tenang aja Net, nggak bakal ada yang ngetawain kamu kok.”
“Tapi aku nggak pede nih.”
“Pede aja lagi, tenang gue ada di samping loe.”
 “Otreee....!!!” Seketika semangat Janet mulai membara lagi karena mendapat charger motivasi dari sahabat karibnya, Gisha.
“Baiklah adik-adik, mari kita mulai latihan pada sore hari ini dengan membaca doa. Berdoa dipersilahkan!” Pelatih karate memimpin doa sebelum latihan dimulai. “Berdoa selesai. Baiklah adik-adik yang saya sayangi, sebelum latihan dimulai kita lari mengelilingi lapangan ini sebanyak empat kali dan dilanjutkan dengan pemanasan dulu.”
“What! Empat kali Gis! Bisa gempor ni kakiku!” Janet melihat ke arah Gisha sambil melotot karena kaget. “Wah biasa aja kali Net ekspresimu.”
“Jadi kamu udah tau dan dengan teganya mengajakku? Teganya dirimu oh teganya...teganya...teganya...!” Janet mulai protes pada Gisha.
“Udahlah Net nggak papa, ntar juga biasa.”
“Sssssttttt.....dua cewek yang di belakang jangan berisik! cepat lari! Kalian sudah ditinggal yang lain,” tegur sang pelatih.
“Oh iya kak,” jawab Gisha dan Janet serempak.
“Buruan Net jangan lelet.”
Gisha akhirnya mulai berlari dan diikuti Janet dari belakang. Empat kali putaran lapangan tidak begitu terasa baginya. Berbeda dengan Janet yang baru satu putaran saja sudah terengah-engah. Setelah berlari dilanjutkan dengan pemanasan dan diajarkan beberapa dasar dalam bela diri karate. Tanpa terasa sang bulatan jingga mulai tergelincir ke barat. Saatnya latihan diakhiri. “Baiklah adik-adik, berhubung sudah sangat sore, latihan karate pada sore hari ini kita cukupkan. Sebelum pulang kita berkumpul dulu untuk saling mengenal dan didata siapa saja yang akan mengikuti penerimaan anggota baru karate ini.” Satu per satu setiap anggota baru memperkenalkan dirinya. Tiba saatnya Janet memperkenalkan dirinya. “Perkenalkan nama saya Yolanda Janetta, tempat tanggal lahir, Malang, 3 September 1995. Sekarang usia saya 18 tahun, mengikuti latihan karate ini karena diajak Gisha, teman di sebelah saya ini.” Serentak semua mata tertuju pada Gisha. Gisha menjadi salah tingkah dibuatnya.“Awas ya Net ntar!” batinnya dalam hati. “Ya, silakan dek Gisha sekarang giliran kamu yang memperkenalkan diri,“ perintah kakak pelatih yang memimpin jalannya perkenalan singkat ini. Perkenalan berjalan lancar tanpa hambatan seperti jalan tol yang mulus, tinggal memulai acara selanjutnya di esok hari yaitu penerimaan anggota baru karate.
Dalam perjalanan pulang Janet tiada hentinya menggoda Gisha. “Hayooo...Cie...cie...Gisha ketauan lho!”
“Apaan si Net, daritadi cia cie melulu!” terdengar nada bicara Gisha agak sebal.
“Itu tuh...si kakak icikiwir!”
“Hahaha...icikiwir tu apa Net? Ada-ada aja loe.” Ekspresi muka Gisha berubah menjadi ingin tertawa mendengar celotehan dari Janet.
“Masak kamu kagak tau si Gis, apa pura-pura nggak tau? Itu tuh, tadi kakak pelatih ngliatin kamu trus lho pas kamu ngomong. Pandangannya itu lho, mengisaratkaan ada maksud tersirat dalam tatapan matanya ke kamu.”
“Eits...kesambet apa loe Net, tumben-tumbenan bahasa loe setinggi gunung lalu meledak. Haha..!”
“Jangan salah Gis, gini-gini aku masih titisan Eyangku lho.”
“Ya iyalah Net, semua orang juga tau kalau loe itu titisan Eyangmu.”
“Kirain kamu nggak tau Gis.”
“Oalah nih bocah pengen dijitak apa?”
“Ampun Gis...Ampun!” Janet berlari menghindari jitakan Gisha.
“Awas kamu ya kalau ketangkep!” Janet dan Gisha kejar-kejaran dalam perjalanan menuju kost mereka yang tidak jauh dari tempat latihan karate.
    Hari telah berganti, sang rembulan yang temaram kala malam mulai pucat dan perlahan menghilang digantikan sinar sang surya membelah cakrawala. “Imel, Janet buruan ke sini liat aku!” terdengar Gisha memanggil dua karibnya. “I’m coming!“ jawab Janet sambil berlari menuju kamar Gisha diikuti Imel di belakangnya. “Keren kan gue pake baju karate ini!” pamer Gisha pada Janet dan Imel. “Iya ya...kok kamu jadi keliatan tambah sangar Gis, keren!” Janet berkomentar. “Sudah kuduga kamu cocok pake baju itu Gis” Imel menambahkan. Postur tubuh yang ideal memang milik Gisha. Tubuhnya yang tinggi semampai dengan berat badan yang ideal dengan muka manis membuatnya terlihat cocok mengenakan baju karate. “Yah, aku malah kedodoran nih pake baju karatenya,” Janet mulai berkeluh kesah. “Sudahlah buruan gih kalian berangkat, ntar telat lho,” Imel mengingatkan. “Oke, siap Imel cantik.” Gisha segera merangkul Janet dan mengajaknya untuk berangkat.
    Setelah berjalan tidak lebih dari 5 menit, Gisha dan Janet sampai di tempat latihan karate. Hari ini adalah hari Minggu, moment yang tepat bagi mereka untuk mengikuti penerimaan anggota baru karate karena mereka tidak disibukkan dengan rutinitas kuliah. Inilah saatnya mereka melepas penat, mendapatkan pengalaman baru yang tidak disangka-sangka bahkan tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya. Penerimaan anggota baru karate tidak hanya diikuti oleh anggota mahasiswa dari kampus mereka saja tetapi juga diikuti oleh banyak mahasiswa dari kampus lain. Nantinya mereka akan dibagi menjadi beberapa kelompok dalam melaksanakan kegiatan ini. “Wah, bisa ngecengin cowok-cowok cakep nih,” oceh Janet mulai kumat. ”Eh jangan gitu net, loe ke sini mau belajar karate apa ngecengin cowok-cowok?”
“ Iya deh Gis, kan cuma bercanda,” nada suara Janet mulai mengkerut. Tibalah saatnya pembagian kelompok. Ternyata Janet dan Gisha tidak satu kelompok. “Yah aku sendirian, dah..dah.. Gisha!” Janet say goodbye ke Gisha.
“Hai!” ada suara yang memanggil Janet saat dia akan menuju kelompoknya. Janet clingukkan mencari siapa yang memanggilnya. Tidak sengaja tatapan mata keduanya bertemu. Seketika itu jantung Janet berdetak sangat kencang, serasa di dunia ini menjadi begitu sunyi, begitu sepi, hanya ada dia dan cowok itu. “Hai!” cowok tadi memanggil Janet untuk kedua kalinya. “Kenalin namaku Aris, kita sekelompok lho.” Janet masih tidak bisa berkata apa-apa. Dia hanya bisa membalas uluran tangan cowok tadi tanpa berucap sepatah kata pun. Perlahan Janet melepas uluran tangannya karena detak jantungnya semakin kencang. Dia tidak ingin teman-teman satu kelompoknya tahu kalau dia sedang salah tingkah. Anggota kelompok lainnya pun saling memperkenalkan diri. Penerimaan anggota baru karate segera dimulai. Setiap kelompok mengunjungi stan untuk diuji. Setiap mengunjungi stan, pandangan Janet tidak pernah berpaling dari Aris. Dia benar-benar terpesona dengan cowok itu. Ia melihat ada sesuatu di sorotan mata cowok itu. Semakin lama memandangnya akan semakin penasaran. Seperti sebuah misteri yang menarik dan ingin segera dipecahkan. Janet sangat penasaran dengan misteri ini. Selama bersama-sama mengunjungi stan, Janet melihat kemampuan Aris yang sepertinya punya bakat alami karate. Semakin bertambah rasa penasarannya dan muncul berbagai tanda tanya di benaknya. Di penghujung acara ada acara ramah tamah yang diisi dengan santai-santai dan makan-makan bersama. “Hai tadi namamu siapa? Kamu belum nyebutin namamu lho. Kan curang masak kamu tau namaku tapi aku nggak tau namamu?” Aris menghampiri Janet sambil menyapa dengan nada bercanda. Mau tidak mau Janet harus menyebutkan namanya. Sambil tersenyum manis Janet menjawab,” Namaku Janet.”
“Oh Janet, nama yang bagus.”
“ Tukeran nomor hape yuk biar nggak ilang kontak.”
“Oh my God! Dia minta nomor hapeku,”  batin Janet dalam hati. Serasa melayang ke angkasa, begitulah perasaan Janet saat itu. Tanpa sadar Janet menyerahkan hapenya ke Aris. Aris mengetikkan nomornya. “Aku misscall pake hapemu ya.”
“Lucky i’am in love with my best friend...lucky...” terdengar suara nada dering dari ponsel Aris. “Oke udah masuk. Langsung tak save ya.” Janet hanya bisa mengangguk-angguk. “Aku duluan ya, mau ambil makanan. Udah laper ni. Mau barengan nggak?”
“Oh nggak aku udah ambil tadi.“ Setelah Aris beranjak pergi dari hadapannya, Janet masih mematung di tempat. Seperti tidak rela Aris pergi menjauh darinya. Ia ingin berkata “Jangan pergi!”, tapi mulutnya tetap membisu. “Woooiiii.....!!! ngapain bengong Net, ngangenin gue ya. Baru juga ditinggal sebentar udah kangen.”
Janet masih diam seribu bahasa tanpa menanggapi Gisha. “Eh tuh cowok siapa? Cakep juga.”
Janet masih diam tanpa respon. “Hai Janet, diajak ngomong kok diem aja sih. Gue kayak ngomong sama patung tauk!”
“Oh iya Gis aku dengerin kok,” akhirnya Janet menjawab. Tanpa terasa waktu untuk kegiatan ini telah berakhir. Saatnya peserta untuk pulang ke tempat masing-masing. Janet melihat kepergian Aris. Entah kenapa dadanya terasa sakit saat melihat Aris pergi semakin menjauh. Tapi mau berbuat apapun dia harus pergi, tidak mungkin tidak.
    Sekembalinya Janet dan Gisha di kost , mereka disambut oleh Imel dengan senyum bahagia. “Gimana tadi acaranya? Sukses Net, Gis?” Imel menanyakan pada mereka bergantian. “Sukses dong,” Gisha menjawab dengan pasti. “Eh tapi ada yang aneh nih sama Janet. Masak habis dari sana dia jadi pendiem gini.” “Kenapa kamu Net?” tanya Imel penasaran. “Nih udah aku sediain es krim coklat kesukaanmu spesial buat kalian. Wah Imel baik banget si. Sini-sini!” Gisha langsung nyerobot es krimnya untuk dimakan. “Mau nggak Net, ntar tak abisin lho kalau nggak mau.”
“Aku mau,”  Janet langsung minta es krimnya ke Gisha.” Suapin dong, pinta Janet.” Ihhh...manja banget ni anak. Mereka menikmati es krim bersama.
    “Krik...Krik...pesan datang dibaca dong dibaca!” nada sms di hape Janet berbunyi kala dia sedang mengerjakan tugas untuk esok hari. “Hai Net, lagi apa?” Tidak ada nama yang tertera di ponselnya, karena penasaran dia membalas sms tersebut. “Maaf ini siapa ya kok tau namaku?”
“Ini Aris temen yang ketemu di penerimaan anggota baru karate tadi pagi. Masih inget kan?”
“Aris? Ini mimpi apa bukan? Janet menggumam sendiri sambil mencubiti pipinya sendiri. “Haduh sakit. Berarti ini bukan mimpi.” Akhirnya dia membalas smsnya lagi. “Oh iya Aris, maaf nomormu tadi belum kesave. Hehe.” Janet teringat belum ngesave nomornya. Smspun berlanjut sampai larut malam. Rasanya tidak terasa hari sudah berganti. Pagi hari Janet berangkat ke kampus bareng Imel dan Gisha. “Kenapa mata loe Net? Nggak tidur ya semalaman? Tapi kok bawaanya hari ini kamu seneng banget?”
“Iya nih semalem nggak sadar kalau nggak tidur. Hehe...Imel, Gisha kayaknya aku jatuh cinta deh.”
“Jatuh cinta sama siapa Net?”
“Sama cowok yang kemarin ketemu di penerimaan anggota baru karate Gis.”
“Oalah cowok itu? Kok bisanya?”
“Nggak tau nih aku deg-degan di sebelahnya, trus tadi malem smsan, aku seneng banget sampai lupa waktu.”
“Cie!” merekapun bergurau dalam perjalanan menuju kampus.
    Setiap sabtu sore dan minggu pagi Janet dan Gisha selalu berlatih karate. Janet selalu bersemangat latihan karena teringat Aris kalau latihan. Aris menjadi semangat besar baginya dalam menjalani hidup. Meskipun hanya kontek-kontekan lewat sms, facebook, tweeter sampai whatsappan. Setiap hari tidak ketinggalan mereka mengobrol masalah sehari-sehari. Apa yang telah dilakukannya selama seharian. Itu semua memotivasi Janet untuk melakukan berbagai hal positif dan meningkatkan prestasinya. Semakin lama semakin dekat hubungan mereka. Benih-benih cinta di hati Janet pun semakin berkembang. Tidak terasa sudah setengah tahun mereka saling mengenal. Latihan karate pun semakin lancar, Janet yang dulunya tidak bisa apa-apa kini sudah bisa menendang dan semakin mahir.
    “Kring...kring...” terdengar bunyi hape Janet bergetar. ”Net buruan diangkat tuh hape loe bunyi.”
“Tanggung nih masi ngerjain tugas dikit lagi selesai.”
”Dari Aris lho,” Imel menyahut. “Aris telpon?” Janet langsung menyergap hapenya yang tergeletak di atas meja. “ Hallo, kenapa Ris?”
“Net, aku ada kabar bagus lho.”
“Kabar apa?”
“Ini mau ada turnamen pertandingan karate, ayo ikutan Net.”
”Wah pertandingan?”
“Iya, ayo ikut. Aku juga udah daftar lho.”
“Gimana ya, aku bingung Ris.”
“Daftar aja, atau mau tak daftarin apa? Lumayan lho mengasah kemampuan kita, hadiahnya juga besar lho.”
“Iya deh aku ikut Ris.”
”Langsung tak daftarin ya. Dah..dah.. Janet cantik.” Aris langsung menutup teleponnya. “Tut...tut...tut...!!!”   
Saat turnamen pun tiba. Janet sudah mempersiapkan diri dengan baik. Setiap hari dia selalu rutin berlatih ditemani oleh Gisha dan disemangati oleh Imel. Memang kedua sahabatnya itu selalu memotivasi dan mendukung Janet. Janet sudah tidak sabar  lagi ingin bertemu dengan Aris. Di moment inilah dia bisa bertemu langsung dengan Aris lagi. Dia ingin memperlihatkan kemampuan terbaiknya. Pertandingan karate cewek dan cowok berlangsung terpisah sehingga mereka berjanji bertemu setelah pertandingan usai. Pertandingan berjalan seru, ronde demi ronde terus berjalan. “Tibalah kita pada semi final, kita panggil 2 petarung kita menuju gelanggang.” Sorak-sorak dan tepuk tangan meramaikan pertandingan. Tidak diduga ternyata Janet masuk semi final setelah mengalahkan kurang lebih 8 orang. Meskipun akhirnya kalah di semifinal, Janet tetap merebut Juara III Putri. Janet sudah cukup puas untuk menunjukkannya pada Aris. Sementara itu di gelanggang yang lain Aris berhasil menjadi Juara I Putra. Janet mengetahuinya dari Imel dan Gisha yang update info dari gelanggang sebelah. Pertandingan pun usai. Penyerahan hadiah dilakukan secara serempak. Juara putra dan putri dilakukan berdampingan.”Juara I jatuh kepada Aris Rahmat M. harap segera naik ke podium untuk menerima penghargaan.” Aris melihat ke arah Janet dengan senyum yang mengembang dan sangat manis. Tanpa sadar jantung Janet berdetak kencang lagi seperti saat pertama mereka bertemu setengah tahun yang lalu. Janet sangat bahagia karena bisa berdiri di tempat yang sama dengan Aris.
    Setelah penyerahan hadiah selesai, kegiatan turnamen pertandingan karate pun diakhiri. Janet menunggu Aris di kursi tunggu, sementara Gisha dan Imel sudah pulang duluan karena tidak ingin mengganggu pertemuan Janet dan Aris. “Net!” suara Aris memanggil Janet yang berjalan menghampiri Janet di kursi tunggu. “Wah kamu hebat ya Net, kecil-kecil gini bisa ngalahin banyak orang. Kecil-kecil cabe rawit. Hehe :p” Janet hanya tersipu malu mendengar pujian dari Aris. “Wah rasanya lama banget ya kita nggak ketemu. Kangen juga liat wajahmu yang mungil.”
“Uhhh...masak mungil sih, aku udah gede nih, Janet merajuk manja pada Aris.” Mereka memang terlihat sangat akrab, sampai-sampai orang yang belum tahu mereka pasti akan mengira mereka sepasang kekasih. “Bebh...aku ke sana ya,” terdengar suara merdu dari ujung lorong yang menuju tempat duduk mereka. “Ini aku bawain minuman.”
“Wah ini ya yang namanya Janet?”
“Iya bebh, sini aku kenalin. Janet ini Rara cewekku.” Seperti tersambar petir seketika perasaan Janet mengetahui kenyataan bahwa Aris sudah punya pacar. Padahal dia sangat yakin, sorotan mata itu, sorotan mata Aris ketika memandangnya adalah tatapan cinta. Begitu sejuk dan menenteramkan jiwanya. Tidak salah lagi, Janet merasakan itu adalah cinta. Janet yakin bahwa tatapan mata seseorang tidak akan pernah bohong. Tapi pada kenyataaannya dia telah ada yang memiliki. “Bebh ayo buruan pulang, daritadi ibu udah telpon melulu disuruh nganter ke tempat tante Yosi.”
“Oh iya bebh, bentar. Udah dulu ya Net aku pulang dulu. Seneng deh bisa ketemu kamu lagi. Dah..dah...Janet! Sampai ketemu lagi...” Aris dan Rara berjalan menjauh dari Janet dengan melambaikan tangan. Air mata pun jatuh dari mata indah Janet, ia sudah tidak mampu menahan sakit di dadanya lagi. Air mata terus mengalir di pipinya. Imel dan Gisha menerima sms dari Janet berbarengan. “Gis, Mel jemput aku di ruang tunggu stadion!” Ketika Imel dan Gisha datang, mereka kaget melihat Janet yang duduk sendirian sambil menangis. “Ya Allah Janet kamu kenapa?” Kedua sahabatnya itu memeluk Janet dan menenangkannya. Janet tiada henti menangis terisak-isak.

***End***

Jumat, 26 April 2013

INOVASI V-METIK (VIDEO MATEMATIKA) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN DAYA TARIK TERHADAP MATEMATIKA UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR





SCIENTIFIC COMPETITION IN MATHEMATIC 2012

JUDUL USULAN

INOVASI V-METIK (VIDEO MATEMATIKA) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN DAYA TARIK TERHADAP MATEMATIKA UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR

BIDANG KEGIATAN:
PENDIDIKAN MATEMATIKA


Diusulkan oleh:

1.    Sulis Rinawati               4101411149 (2011)
2.    Zulfa Ainurrizqiyah        4101411061 (2011)
3.    Novy Kris Z.                4101411068 (2011)


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2012


KATA PENGANTAR

Dunia matematika jika dipelajari tidak akan pernah ada habisnya. Seperti halnya kita menuntut ilmu yang tidak akan pernah ada batasnya. Pendidikan Matematika sebagai salah satu cabang ilmu yang dianggap sulit dan menjadi momok untuk sebagian orang harus memberi inovasi-inovasi baru yang menunjukkan bahwa sebenarnya matematika itu menyenangkan dan tidak sulit. Alangkah baiknya jika menanamkan kecintaan terhadap matematika sejak dini di bangku sekolah dasar. Untuk itu, penulis berusaha membuat karya tulis ini agar bisa dijadikan inovasi baru dalam dunia pendidikan matematika di Indonesia.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian karya tulis ini yaitu:
1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan serta kelancaran dalam membuat karya tulis ini.
2. Orangtua yang telah memberi motivasi serta nasehat yang bermanfaat dalam proses penulisan karya tulis ini.
3. Teman-teman lain yang telah memberi motivasi bagi penulisan karya tulis ini.
Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi masyarakat dan dunia pendidikan di Indonesia terutama pendidikan matematika.

                   

Semarang, 21 April 2012



 Penulis




DAFTAR ISI

Halaman Judul    i
Kata Pengantar    ii
Daftar Isi    iii
Ringkasan    iv

PENDAHULUAN    1
Latar Belakang    1
Tujuan    1
Manfaat    1
GAGASAN    1   
Gagasan Baru yang Ditawarkan    1
Pihak yang Dapat Mengimplementasikan Gagasan    2
Langkah-Langkah Strategis Implementasi Gagasan    3

KESIMPULAN    3
Inti Gagasan    3
Teknik Implementasi Gagasan    3
Prediksi Keberhasilan Gagasan    3

DAFTAR PUSTAKA    4




RINGKASAN
Dari hasil survei diperoleh data hasil studi lapangan tentang karakteristik siswa (1) 97% siswa aktif dalam pembelajaran matematika di kelas, (2) 89% siswa mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah-masalah yang sifatnya non rutin, (3) 97% siswa lebih tertarik belajar matematika apabila materi matematika disajikan dalam bentuk tema-tema (dikaitkan dengan permasalahan sehari-hari), (4) 86% siswa belum mampu berpikir kritis, kreatif, dan produktif dalam memecahkan masalah matematika (Jurnal pendidikan dan pengajaran UNDIKSHA, No.4 TH XXXXI Oktober 2008).
Dari data tersebut diketahui siswa tingkat sekolah dasar mengalami kesulitan di bidang studi matematika. Secara teori matematika dianggap sulit untuk dikerjakan. Anak-anak usia sekolah dasar kurang memahami matematika karena belum tahu secara nyata pemanfaatan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengetahui pemanfaatan matematika dalam kehidupan sehari-hari akan memicu siswa untuk belajar matematika.
Karya tulis ini bertujuan untuk meningkatkan daya tarik siswa sekolah dasar terhadap matematika dengan bantuan video singkat yang berisi pemanfaatan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Gagasan ini ditulis berdasarkan analisis yang muncul di dunia pendidikan terutama bidang studi matematika sekolah dasar dengan solusi logis yang didapat dari ide penulis dan tinjauan pustaka yang ada.
Berdasarkan analisis, diketahui bahwa kekurangtertarikan siswa sekolah dasar terhadap matematika karena kurang tahu manfaat matematika secara nyata. Mereka hanya dibekali ilmu hitung yang masih abstrak. Untuk itu perlu mengaitkan pelajaran matematika degan kehidupan sehari-hari, di sini penulis menyajikan pemberian solusi dengan menggunakan video yang berdurasi kurang lebih 15 menit. Di dalam video ini nantinya berisi cerita singkat dalam penggunaan ilmu matematika dalam kehidupan sehari-hari seperti dalam jual beli, melihat waktu, pengaturan uang saku, menghitung benda-benda yang ada di sekitar kita dan sebagainya. Sasaran dari program ini adalah siswa SD kelas 1 dan 2.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
    Sebuah survei internasional menyebutkan bahwa siswa Indonesia sebetulnya sulit mengejar standar yang baik dalam kemampuan Matematika. ”Tahun 2007, sebanyak 52 persen (yang disurvei) berada di kategori terendah, lower quarter. Hal ini berarti sisanya tidak mencapai standar yang terendah sekalipun,” ujarnya (Kompas.com Rabu 20/1/2010). Berdasarkan hasil survei lapangan diketahui bahwa 42% guru-guru kesulitan mendapatkan buku yang sesuai dengan kurikulum matematika yang berlaku, semua guru menggunakan RP dalam kegiatan pembelajaran, 89% guru menggunakan LKS dalam pembelajaran, 92% guru menggunakan alat peraga dalam pembelajaran, 92% guru mempunyai kumpulan soal untuk memperkaya pembelajaran,  dan 11% guru menggunakan teknologi seperti komputer/kalkulator dalam pembelajaran (Jurnal pendidikan dan pengajaran UNDIKSHA, No.4 TH XXXXI Oktober 2008). Dari data di atas jelas bahwa pembelajaran menggunakan media yang menarik jarang digunakan oleh pengajar. Padahal dewasa ini, di era globalisasi sangat dituntut untuk menguasai teknologi. Oleh karena itu, media pembelajaran V-Metik muncul sebagai salah satu alternatif media pembelajaran matematika yang menarik.
Tujuan
Karya tulis ini berisi gagasan baru yang bertujuan untuk mengembangkan daya imajinasi, kreatifitas, serta daya berpikir kritis siswa SD terhadap permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan matematika. Dengan demikian, akan menciptakan rasa cinta mereka kepada matematika sejak dini dan tidak menjadikannya sebagai pelajaran yang ditakuti lagi. Dengan V-Metik ini juga, siswa mendapatkan pengetahuan serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga akan bermanfaat.
Manfaat
Manfaat karya tulis ini adalah memberi sumbangan ilmu pengetahuan dalam pendidikan matematika di Indonesia serta menambah daya tarik siswa Sekolah Dasar untuk mempelajari Matematika.

GAGASAN
Gagasan Baru yang Ditawarkan
V-Metik (Video Matematika) adalah inovasi baru dalam pembelajaran matematika untuk anak Sekolah Dasar kelas 1 dan 2. V-Metik merupakan video pembelajaran aplikasi matematika dalam kehidupan sehari-hari yang berisi peristiwa-peristiwa ringan berhubungan dengan matematika secara umum. Ide ini muncul terinspirasi dari CD pembelajaran matematika yang berupa film animasi yang dibuat oleh mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) jurusan Matematika dan Desain Komunikasi Visual (DKV) untuk anak SD kelas 3. Serta dari sebuah film pembelajaran yang dikerjakan PPPPTK Matematika Yogyakarta berjudul “LIMIT FUNGSI DI TAK HINGGA” dan mengambil lokasi shooting di SMA Negeri 1 Magelang, Jln. Cempaka No. 1 Magelang Jawa Tengah. Film yang dibintangi oleh Susbintoro, guru SMA Negeri 1 Magelang itu juga didukung oleh siswa-siswa kelas XI IPA sekolah tersebut dan merupakan film yang berformat semi Instruksional tentang Model Pembelajaran Limit Fungsi. V-Metik jelas berbeda dengan kedua karya tersebut. Meskipun sama-sama berbentuk CD pembelajaran tetapi menerapkan konsep yang berbeda. V-Metik dirancang khusus untuk pembelajaran anak Sekolah Dasar kelas 1 dan 2. Dalam video pembelajaran ini menyuguhkan beberapa adegan singkat tentang aplikasi matematika dalam kehidupan sehari-hari seperti penerapan manajemen uang saku anak, membaca jam, menghitung benda-benda yang ada di sekitar kita, menghitung hari setiap bulan pada kalender, menghitung uang kembalian saat berbelanja, mengukur panjang benda di sekitar dengan mistar, dan sebagainya. Meskipun tidak semenarik film animasi, V-Metik memberi ciri khas sendiri yaitu menampilkan objek nyata manusia sebagai pelakunya. Dengan melihat penerapan matematika dalam audiovisual akan lebih memacu siswa khususnya siswa SD kelas 1 dan 2 tertarik pada matematika. Dengan ini pula dapat membantu siswa lebih mandiri dalam menerapkan masalah dalam kehidupan sehari-hari secara matematis. Pembentukan pola pikir matematis sejak dini sangat bagus untuk meningkatkan daya berpikir kritis siswa dengan masalah yang timbul di masyarakat dan berusaha untuk menyelesaikannya secara mandiri.
Pihak yang Dapat Mengimplementasikan Gagasan
Dalam penyelenggaraan V-Metik agar berhasil dan dicapai hasil yang maksimum dibutuhkankan kerjasama dari berbagai pihak sebagai penyelenggara. Di sini kami menyebut pihak penyelenggara tersebut sebagai produsen tetap. Pihak yang dapat mengimplementasikan gagasan:
1.   Sponsor yang memberikan modal atau mensponsori pembuatan film.
2. Dalam proses pembuatan film ini dibutuhkan sutradara (sutradara bisa diisi oleh mahasiswa, guru pembimbing, atau pihak luar yang ahli di bidang pembuatan film pendek).
3.  Pemain film yang dapat diisi siswa Sekolah Dasar sebagai pemeran utama dan orang dewasa sebagai pemeran pembantu. Ini dimaksudkaan agar siswa yang menonton V-Metik memfokuskan pemeran utama seperti halnya dirinya sendiri di masyarakat karena adanya persamaan umur yang menimbulkan daya pikir hampir sama dalam penyelesaian masalah.
4.  Ahli kamera, make up artist, penulis naskah, serta kru lain yang menunjang pembuatan film.
5.  Editor film yang handal.
Dengan melengkapi kriteria minimal di atas akan menghasilkan film/video berdurasi singkat namun bermutu.
Langkah-Langkah Strategis Implementasi Gagasan
Dalam pelaksanaan pembuatan V-Metik diperlukan trik khusus untuk mengimplementasikannya, diperlukan ide-ide segar agar video singkat yang dihasilkan menarik. Diperlukan riset (penelitian) pula agar dapat mengambil tema yang sesuai dan menarik. Setelah selesai dalam pembuatan V-Metik, diperlukan sosialisasi yang genjar untuk mempromosikan produk ini. Perlu kerjasama dengan sekolah-sekolah dasar untuk menggunakan inovasi baru ini sebagai salah satu media pembelajaran matematika di kelas.

KESIMPULAN
Inti Gagasan
    Gagasan V-Metik ini pada dasarnya meliputi penerapan media pembelajaran matematika untuk siswa SD kelas 1 dan 2  sebagai alat bantu dalam pembelajaran matematika. V-Metik ini dapat digunakan sebagai batu loncatan untuk masuk pada materi bahan ajar agar siswa tertarik dengan topik yang akan dibahas.
Teknik Implementasi Gagasan
Langkah-langkah implementasi untuk mewujudkan gagasan V-Metik (Video Matematika) sebagai salah satu media pembelajaran:
1.  Identifikasi masalah matematika yang ada dalam kehidupan sehari-hari yang materinya cocok untuk anak SD kelas 1 dan 2.
2. Melakukan pendekatan secara gradual (bertahap) kepada sekolah-sekolah dasar sebagai awal pelaksanaan kerjasama dalam pengenalan produk.
3.  Sosialisasi penggunaan V-Metik sebagai media pembelajaran.
4.  Melakukan kemitraan untuk mendapatkan modal awal pengembangan.
5.  Melakukan mekanisme evaluasi secara periodik dan profesional terhadap penggunaan V-Metik.

Prediksi  Keberhasilan Gagasan

    Gagasan pembuatan V-Metik sebagai media pembelajaran sangat menguntungkan karena memberi inovasi baru dalm proses belajar mengajar. Siswa akan lebih termotivasi dalam belajar matematika dan bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, ini akan meningkatkan pola pikir anak dalam menanggapi berbagai masalah yang timbul di masyarakat. Mekeka akan cenderung peka dan kritis. Dengan media ini juga memberi keuntungan agar pembelajaran matematika tidak monoton. Dari pihak produsen pun akan mendapatkan keuntungan dengan penjualan V-Metik ini dan dapat menciptakan lapangan kerja baru yang menjanjikan.

DAFTAR PUSTAKA
Parwati, Ni Nyoman. 2008. Analisis Kebutuhan Pengembangan Model    Pembelajaran Matematika Berpendekatan Tematik Berorientasi Pemecahan Masalah Terbuka pada Sekolah Dasar  Di Provinsi Bali. Bali: Jurnal pendidikan dan pengajaran UNDIKSHA, No.4 TH XXXXI Oktober 2008, Universitas Pendidikan Ganesha
Maesyaroh, Dewi Aminatul. 2010. Film Kartun Pacu Siswa Belajar Matematika. http://komunikasi.um.ac.id/?p=1773 diakses tanggal 18 april 2012.
Anonim. 2010. Pembuatan Film Pembelajaran Matematika  http://id.shvoong.com/social-sciences/1701161-pembuatan-film-pembelajaran-matematika/ diakses tanggal 18 April 2012.
Nursyahidah, Farida. 2011. Aplikasi Matematika dalam Kehidupan Sehari hari. http://www.e-matematika.blogspot.com/2009/02/aplikasi-matematika-dalam-kehidupan.html diakses tanggal 18 April 2012.
Anonim. 2010. Pengajaran Matematika Salah Konsep. Kompas.com http://indonesiaindonesia.com/f/74155-pengajaran-matematika-salah-konsep/ diakses tanggal 26 April 2012.